Jeratan Benang Merah

BUKU I : Alang Alang Liar

Penulis: Apriel

Bab 1 : Jeratan Benang Merah 

Alang Alang Liar

Di sebuah tempat tongkrongan ojek online, pinggiran kota kecil Payakumbuh.

Jam menunjukkan pukul 17:20 WIB, Sore menjelang petang.

Bib! Bib!

Suara notifikasi handphone Zhahiri menyala tanda mendapatkan order dari aplikasi ojek online miliknya. Kali ini orderan untuk mengantar makanan ke sebuah rumah milik orang yang terkenal cukup kaya di kota itu. Kota kelahiran pemuda yang bernama Zhahiri.

Bergegas pemuda itu meng-klik oke, tanda menyetujui orderan tersebut.

"Reysa, bukannya dia lagi kuliah di Padang?" Zhahiri bergumam halus

Pemesanan makanan itu memang atas nama Reysa. Reysa adalah seorang gadis cantik bekas teman sekolahnya waktu di SMU dulu, setelah tamat gadis itu melanjutkan ke perguruan tinggi di kota Padang, sedangkan Zhahiri tidak melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah, dia lebih memilih bekerja sebagai ojek online alias ojol, akibat dari karena kekurangan biaya.

Meskipun memiliki sedikit tanda tanya dihati nya, pemuda itu segera menyalakan motornya dan bergerak untuk menjemput pesanan dan mengantarkan ke tempat si pemesan. Sementara teman teman sesama ojek online lainnya mengacungkan jempol untuk memberi semangat, Zhahiri hanya membalas dengan senyuman dan anggukan. Sekilas dia pun berlalu dari tempat itu.

Siapakah pemuda yang bernama Zhahiri ini?

Nama lengkapnya Zhahiri Azhari Chan, biasa dipanggil Zha. Zhahiri adalah seorang pemuda yang sangat tampan, bahkan bisa dibilang cantik dan imut untuk ukuran makhluk yang bernama manusia sayangnya dia berjenis kelamin laki-laki, jadi hanya bisa dibilang "pemuda terlalu tampan".

Zhahiri berusia 21 tahun, seharusnya dia sekarang duduk di bangku kuliah, namun meskipun menjadi makhluk yang terlalu tampan, itu tidak berarti nasib akan selalu berpihak kepadanya, jadilah pemuda itu berprofesi sebagai ojek online. Rencananya pemuda itu akan mengumpulkan uang dan memulai kuliah tahun depan. Untuk melengkapi rajutan cita cita dan merangkai mimpi masa depan yang belum tentu seindah hayalan.

Sedangkan orang tua Zhahiri hanyalah seorang petani kecil yang menggarap lahan sendiri di kampungnya, dan Zhahiri juga tau diri, tidak mungkin meminta biaya kuliah kepada orang tuanya, karena itu dia memilih menabung untuk melanjutkan pendidikannya kelak setelah biaya tercukupi.

Siapakah gadis yang bernama Reysa?

Nama lengkapnya Reysa Kumala Sari, biasa dipanggil Reysa, dia adalah seorang gadis yang sangat cantik, usia juga sekitar 21 tahun sebaya dengan Zhahiri bahkan diwaktu SMU mereka satu sekolahan dan saling kenal meski tidak akrab.

Setelah tamat SMU Reysa melanjutkan ke perguruan tinggi di kota Padang. Tentu saja dia bisa melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi, karena orang tuanya adalah orang mampu dengan usaha rempah rempah yang hampir mendunia.

Namun meskipun memiliki paras yang sangat cantik, gadis ini memiliki perilaku yang buruk, suka berganti-ganti pasangan, pergaulan bebas, rokok dan alkohol adalah hal yang biasa baginya, hal itu mengakibatkan dia sering mendapatkan kemarahan orang tuanya. Tapi itu tidak membuat gadis itu menjadi berubah baik, bahkan bertambah rusak saja kelakuan dan pergaulannya.

Pukul 17:45 WIB, menjelang Maghrib,

Tok! tok! tok!

"Assalamualaikum"

Zhahiri mengetok gerbang pagar besi rumah Reysa, di tangan kirinya menenteng pesanan gadis itu.

Sepi, tidak ada jawaban, Zhahiri mengernyitkan keningnya.

"Kemana semua penghuni rumah ini?" Zhahiri bertanya tanya dihati.

Itu wajar, biasanya di rumah itu selalu ramai karena orang tua Reysa adalah seorang pengusaha rempah rempah ekspor, banyak para pekerjanya yang selalu sibuk mondar-mandir keluar masuk di rumah itu, belum lagi sanak-saudara dan para pengawalnya yang selalu sibuk memamerkan wajah garang kepada setiap orang asing yang datang.

Maklum orang kaya, selalu dikelilingi banyak pengikut dan penjilat.

Zhahiri mencoba sekali lagi dan sekali lagi...

Barulah kali keempat, keluar seorang anak tanggung yang membukakan pintu gerbang, dia adalah adik Reysa umurnya sekitar 13 tahun.

Tanpa berkata-kata, pemuda tanggung itu langsung membuka gerbang dan mempersilahkan Zhahiri masuk.

"Han, Abang cuma sebentar, Abang mengantarkan makanan yang di pesan kakak mu" ucap Zhahiri sambil mengulurkan tentengan di tangannya ke adik Reysa, dia namanya Burhan.

"Kasihkan langsung ke kak Reysa aja bang, itu kamarnya" Burhan menolak menerima paketan makanan itu sambil tangannya menunjuk ke arah paviliun, maksudnya menunjukkan keberadaan kakaknya.

Belum sempat Zhahiri berbicara lagi, Burhan sudah pergi dengan setengah berlari meninggalkan Zhahiri seorang diri di depan teras rumah besar itu.

Setelah terdiam sejenak, Zhahiri melirik kantong paketan di tangannya dan tanpa merasa curiga apapun pemuda itu langsung berjalan ke arah paviliun. Disitu ada sebuah kamar yang biasa digunakan untuk tamu, tapi kenapa Reysa yang menempati kamar tamu itu? Itu tidak terpikirkan oleh pemuda yang bernama Zhahiri. Mungkin karena fokus dengan pekerjaan.

Sesampainya di depan pintu, Zhahiri kembali mengetuk dan mengucap salam seperti biasa....

"Assalamualaikum..."

Sunyi seperti tidak ada orang, beberapa kali ketukan Zhahiri membalikkan badannya, maksudnya berfikir kemana si pemesan makanan ini.

Zhahiri mengeluarkan handphone miliknya, maksudnya menelepon Reysa, tiba-tiba pintu paviliun itu terbuka sedikit dan...

"Aaaaawwww!"

Terdengar jeritan suara perempuan dari dalam, Zhahiri cepat membalikkan badannya.

"Reysa, kamu kenapa?" Zhahiri terkejut dia bertanya sedikit berteriak. Dia tentu saja mengenali suara gadis itu.

"Tolong Zha, aku terjepit pintu" terdengar permintaan tolong dari dalam yang diiringi dengan jerit kesakitan.

Tanpa menaruh curiga, Zhahiri langsung menyimpan kembali handphone miliknya dan menerobos masuk.

Didalam...

"Reysa, kamu di mana?" Zhahiri celingukan mencari keberadaan gadis itu.

"Aku disini Zha!"

"Aaaaawww" Reysa kembali menjerit seperti sangat kesakitan.

Dengan sigap Zhahiri memburu kearah datangnya suara gadis itu, arah pintu kamar. Satu satunya kamar di paviliun tersebut.

Sesampainya didepan pintu kamar, tiba-tiba...Tangan Zhahiri ditarik kuat ke dalam oleh Reysa...

Tak siap dengan keadaan, Zhahiri langsung terbawa kedalam kamar gadis itu.

"heiiii...'" hanya itu kata yang bisa dia ucapkan, selanjutnya di terjerembab diatas tempat tidur, dengan sigap Reysa menerkam tubuh pemuda tampan itu dan mulai menciuminya dengan sangat brutal.

Reysa hanya mengenakan lingerie, yang sangat tembus pandang yang membuat melotot mata laki laki otak mesum jika melihatnya, seolah gadis itu sudah mempersiapkan diri sebelumnya.

"Reysa, apa yang kamu lakukan" hanya itu kata yang bisa dia ucapkan, sedangkan detik-detik berikut mulutnya disumpal oleh bibir gadis itu dengan liar. Zhahiri berusaha berontak sekuat tenaga, tapi dia tertindih tubuh montok gadis itu, Zhahiri terus berusaha lepas. Tiba-tiba...

Brak!...

Terdengar suara pintu depan paviliun itu ditendang, Zhahiri dan Reysa terlonjak kaget dan pergumulan panas itu langsung terhenti seketika, belum sempat kedua insan berlainan jenis itu berkata apa apa.

"Reysa, Zhahiri apa yang kalian lakukan?" Di depan pintu sudah berdiri seorang pria setengah baya dengan mata menyala merah marah seperti saga. Di adalah paman tertua Reysa, Abang dari ibunya.

"Paman, aku.....hikz!" Gadis itu tiba-tiba terisak sambil merapihkan kembali pakaiannya, sekejap kemudian dia menyambar handuk lalu berlari keluar dan menghilang entah kemana.

Sedangkan Zhahiri hanya bingung dengan kejadian cepat itu, dia hanya terpaku tidak mengenal situasi yang sedang terjadi.

Setelah gadis itu pergi...

"Zhahiri cepat panggil orang tua kamu, kalian harus dinikahkan" bentak Pak Hasan kembali, paman Reysa itu bernama Hasan.

Zhahiri terkesiap, barulah dia sadar sudah dijebak oleh keluarga kaya itu.

"Saya tidak melakukan apa apa paman" Zhahiri berusaha membela diri sebisanya.

"Tidak melakukan apa-apa? Kamu bergulingan di tempat tidur dengan keponakan saya dan dia hampir lepas semua pakaiannya, itu yang kamu katakan tidak melakukan apa-apa?" Pak Hasan kali ini membentak lebih kuat, suaranya memenuhi ruangan itu.

"Saya bukan orang tua bodoh anak muda dan mata saya belum buta!" lagi lagi pak Hasan membentak sebelum Zhahiri sempat memberikan penjelasan untuk menerangkan duduk perkara.

Belum sempat Zhahiri mengeluarkan sepatah kata pun, tiba-tiba...

Dua orang laki-laki berbadan tegap menerobos masuk meringkus pemuda itu, mereka adalah para centeng pengawal pak Hasim, orang tua Reysa.

Zhahiri yang sedang bersandar di pinggir ranjang, berusaha menghindari sergapan itu secara reflek, dia berguling kesamping ke arah meja tulis.

"Paman tahan dulu, saya bisa jelaskan" Zhahiri berusaha memberikan penjelasan sambil menghindari sergapan.

"Tidak perlu ada penjelasan lagi, mata saya sendiri yang melihatnya" Pak Hasan kembali membentak.

"Ujang, Bidin tangkap anak kurang ajar itu, jangan sampai dia kabur" Perintah pak Hasan kepada anak buahnya dengan suara menggelegar. Dia bergerak mundur untuk memberi ruang kepada kedua centeng itu.

"Siap tuan" jawab kedua centeng itu dengan nada tidak kalah garang nya.

Menyadari situasi yang tidak menguntungkan, Zhahiri melirik handel kunci jendela yang berada di samping kirinya. Disamping meja tulis itu ada jendela yang menghadap kebelakang bangunan.

Klek!

Tiba-tiba Zhahiri menarik handel kunci jendela itu, dan dengan secepat kilat dia meloncat keluar ke halaman belakang.

"Jangan harap bisa kabur kau anak kurang ajar!" Terdengar bentakan dari dalam kamar.

Di luar, 15 orang pengawal pak Hasim sudah mengepung Zhahiri, mereka memang sudah merencanakan itu dengan matang. Tidak ada celah bagi Zhahiri untuk lari.

Sadar dengan situasi yang terkepung, mau tidak mau Zhahiri harus melayani para centeng itu bertarung.

Tubuh pemuda itu mulai merendah membuka langkah silat, gerakannya sangat halus dan hati-hati penuh konsentrasi sedangkan matanya menatap lurus kedepan.

"Silek Tuo"

Ya, Zhahiri memang menggunakan Silek Tuo, untuk menghadapi pengepungan itu. Zhahiri sudah tamat belajar silat dari ayahnya meskipun usianya masih sangat muda. Dan juga ada beberapa cabang dari silat lain dari paman dan kakeknya, seperti silek harimau, silek panggia dan lain lain.

"Rupanya kamu ada isinya anak muda, mari kita mancak(menari) sejenak" ucap salah seorang dari pengepung itu, mungkin itu kepalanya.

Zhahiri hanya diam, dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, prinsipnya jika kata kata tidak bisa menyelesaikan masalah maka silat akan mengakhirinya, Zhahiri hanya ingin secepatnya keluar dari tempat itu.

Didalam hati, pemuda itu sebenarnya merasa sedikit gentar juga, karena meskipun sudah tamat belajar berbagai macam aliran silat, namun untuk perkelahian nyata baru kali ini dia terjun langsung, menghadapi 15 orang secara langsung hati siapa yang tidak berdebar, tapi itu bukan karena takut.

Zhahiri bukan pemuda berandal yang biasa terlibat perkelahian, dia hanya seorang pemuda kampung biasa yang menjalani kehidupan sehari-hari secara biasa, bahkan selama ini Zhahiri tidak pernah mengeluarkan ilmu silatnya karena memang tidak pernah memiliki musuh.

"Heaaa!" Seorang laki-laki pengepung berteriak sambil mengayunkan tendangan tipuan kearah samping, padahal yang diincarnya adalah dada pemuda itu.

Seakan hapal dengan gerakan lawan, Zhahiri memiringkan tubuhnya dan mengibaskan lengan kirinya kesamping memblokir masuk serangan lawan yang sangat cepat kearah dada. Bersamaan dengan itu pula Zhahiri juga mengirimkan sebuah 'cotuh" kearah rusuk si penyerang tadi.

"Aghk!" Si penyerang tadi menjerit tertahan, tubuhnya terhuyung kesamping tulang rusuknya serasa patah seketika.

Belum sempat Zhahiri menarik diri memperbaiki posisi, sebuah guntingan rendah menyerang pinggangnya, kali ini terpaksa Zhahiri menjatuhkan diri semakin rendah ketanah agar tidak terperangkap guntingan musuh, si penyerang kedua lolos kesamping bersamaan dengan masuknya sapuan Zhahiri, sehingga si penyerang itu langsung jatuh tersungkur ke tanah.

Buk!

Ugh!

Laki-laki itu menjerit tertahan.

Pertarungan terus berlanjut, belum terlihat tanda-tanda dari pihak mana yang akan keluar menjadi pemenangnya. Zhahiri berusaha sekuat tenaga agar terlepas dari penyergapan para pengawal keluarga Pak Hasim itu. Pikirannya hanya satu, jika ada kesempatan kabur maka dia akan menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Beberapa menit berlalu, beberapa orang telah tumbang di halaman yang menjadi arena pertarungan, mereka mengerang kesakitan memegang anggota tubuh yang berhasil di lumpuhkan oleh Zhahiri, tapi itu hanya sekedar di lumpuhkan dan Zhahiri sendiri tidak berniat untuk melukai mereka, sekarang pertarungan sudah mendekati pagar samping gerbang utama rumah besar itu. Zhahiri memang sengaja membuka jalan agar bisa pergi dari tempat itu secepatnya.

Pada satu kesempatan....

Srissssssssh.....

Pasir halus berhamburan dari kaki Zhahiri menyerang ke segala arah membanjiri pengeroyoknya. Zhahiri memang sengaja menendang tumpukan pasir yang kebetulan ada di halaman rumah itu untuk membuat kekacauan sementara para penyergapnya.

Selagi mereka sibuk kelilipan, Zhahiri menggunakan kesempatan itu untuk meloncat keluar pagar berlari cepat ke arah motornya, starter dan langsung tancap gass...

"Jangan biarkan dia lolos, kejar sampai dapat" Sayup-sayup terdengar suara pak Hasan memerintahkan anak buahnya untuk mengejar sampai dapat. Namun apa daya Zhahiri sekarang bahkan sudah menghilang di tikungan.

Apakah rombongan para pengeroyok itu berhasil mengejar dan meringkus Zhahiri untuk di bawa kembali kepada majikannya?

Sementara malam menampakkan gelapnya, segelap hati yang berjuang dalam pelarian.

Entahlah!

Komentar